Kamis, 14 Agustus 2014

LOOK UP

I have four hundred and twenty two friends, yet I am lonely. I speak to all of them everyday, yet none of them really know me. The problem I have sits in the space between looking into their eyes or at name on a screen. I took a step back and opened my eyes, I looked around and realized this media we call social is anything, but. WHEN WE OPEN OUR COMPUTERS, AND IT’S OUR DOORS WE SHUT. 

All this technology we have it’s just an illusion. Community companionship a sense of inclusion yet, when you step away from this device of delusion, you awaken to see a world of confusion. A world where we’re slaves to the technology we mastered. Where information get sold by some rich greedy bastard. A world of self interest, self image, self promotion. Where we all share our best bits, but leave out of the emotion. We’re at ‘almost happy’ with an experience we share, but is it the same if no one is there? Be there for your friends and they’ll be there too, but no one will be, if a group message will do. 

We edit and exaggerate crave adulation. We pretend not to notice the social isolation. We put our worlds into order and until our lives are glistening. We don’t even know if anyone is listening. Being alone isn’t a problem let me just emphasize; if you read a book, paint a picture, or do some exercise. You’re being productive and present not reserved and recluse. You’re being awake and attentive and putting your time to good use. So when you’re in a public and you started to feel alone. Put your hands behind your head stop away from the phone! You don’t need to stare at your menu or at your contact list. Just talk to one another, learn to coexist. I can’t stand to hear the silence of a busy commuter train where no one want’s to talk for the fear of looking insane. 

We’re becoming unsocial, it no longer statisfies to engage with one another, and look into someone’s eyes. We’re surrounded by children, who since they were born, have watched us living like robots, and think it’s the norm. it’s not very likely you’ll make worlds greatest dad, if you can’t entertain a child without using an iPad. When I was a child I’d never be home. Be out with my friends on our bikes we’d roam. I’d wear holes in my trainers, and graze up my knees. We’d build our own clubhouse, high up in the trees. Now the park so quiet. It gives me a chill. See no children outside and the swings hanging still. There’s no skipping, no hopscotch, no church and no steeple. 

We’re a generation of idiots, smart phone and dumb people. So look up from your phone, shut down display. Take in your surroundings, make the most of today. Just one real connection is all it can take to show you the difference that being there can make. Be there in the moment, as she gives you the look that you remember forever as ‘when love overtook’. 

The time she first hold your hand or first kiss your lips, the time you first disagree but still love her to bits. The time you don’t have to tell hundreds of what you’ve just done. Because you want to share this moment with just this one. The time you sell your computer, so you can buy a ring, for the girl of your dreams, who is now the real thing. The time you want to start a family and the moment when you first hold your little girl and get to fall in love again. The time she keeps you up at the night, and all you want is rest. And the time you wipe away the tears as your baby flees the nest. The time your baby girl returns, with a boy for you to hold, and the time he calls you granddad and make you feel real old. The time you’ve taken all you’ve made, just by giving life attention. 

And how you’re glad you didn’t waste it, by looking down at some invention. The time you hold your wife’s hand , sit down beside her bed, you tell her that you love her and lay a kiss upon her head. She then whispers to you quietly as her heart gives a final beat. That she’s lucky she got stopped by that lost boy in the street. But none of these times ever happened you never had any of this. When you’re too busy looking down, you don’t see the chances you miss. 

So look up from your phone, shut down those displays, we have a finite existence a set number of days. Don’t waste your life getting caught in the net, ‘cause when the end comes there’s nothing worse than regret. I’m guilty too of being part of this machine, this digital world, we are heard but not seen. Where we type as we talk, and we reads as we chat. Where we spend hours together without making eye contact. SO DON’T GIVE INTO A LIVE WHERE YOU FOLLOW THE HYPE. 

Disconnect from the need to be heard and defined, go out into the world leave distractions behind. LIVE LIFE THE REAL WAY. When have we ever been anywhere without our phone have a little chat with dad and spend some time with mom let us all not realize what we got only after it’s gone.

---by Gary Turk----


Selasa, 12 Agustus 2014

An Agreement

Saat dua orang yang sedang berbeda pendapat, biasanya mereka akan buat suatu kesepakatan untuk menyatukan pendapat tadi. Sama kaya gue dan dia. Kami.

Kami, empat bulan lalu adalah sepasang orang yang saling mengerti satu sama lain. Sepasang anak muda yang mungkin masih sangat berapi-api dalam hal asmara. Ya, kami sepasang anak muda yang saling menyayangi. Walaupun belum terikat status apapun. Karena menurut kami, status bukan masalah. Yang penting hati dan niat. Setidaknya kami yang seperti itu bertahan sampai empat bulan lalu.

Bulan berikutnya, berbeda. Kami bukan lagi orang yang saling memahami. Bahkan gue sendiri bingung, siapa dia, siapa gue buat dia. Kami berpisah, dan itu salah gue karena gue belum bisa memperlakukan dia seperti seharusnya. Atau mungkin perhatian dan perlakuan gue yang menurut gue baik buat dia, tenyata ngga. Dan karena itu kami pisah. Sekali lagi, walaupun kami belum punya ikatan apa-apa. Selain ikatan batin mungkin.

Bulan berikutnya, komunikasi semakin jarang. Kami semakin jauh, dan saat itu gue sangat ber positif thinking tentang dia. Ini kelemahan gue, gue terlalu percaya sama orang yang gue sayang. Dalam bayangan gue, saat kami ketemu lagi nanti setelah dia nyelesein trainingnya, gue bisa kembali ke jalur gue yang dulu sempat dibelokan. Jalur kami.

Tapi gue salah. Semua bayangan gue, semua perasaan sayang yang gue pertahankan selama ini sampai menunggu waktu buat ketemu ternyata salah. Dia berubah, dia berubah menjadi sosok yang sama sekali gue ngga kenal saat kami ketemu. Sosok yang sekalipun gue kenal sangat dekat dulu, yang saat bertemu kemarin hanya berjarak beberapa jengkal, terasa sangat jauh. Ya, ini pertama kalinya gue ngerasa jauh dengan seseorang, padahal orang itu sedang menjabat tangan gue, sedang senyum sama gue. Dan gue sadar, jabatan tangan dan senyum itu cuma sebuah bentuk profesionalisme kerja. Karena kami satu payung perusahaan. Dibalik semua itu, dia sangat jauh. Bahkan gue ngga bisa liat. Dan belakangan ini gue tau, kalo dia memang bukan orang yang sama yang gue kenal dulu, dia udah bukan orang yang punya perasaan selalu ingin saling menjaga perasaan kami.

Sekalipun gue tau dia udah bukan hak gue lagi. Sekalipun gue kecewa karena selama ini ternyata gue sia-sia dalam menunggu dia. Gue ngga bisa marah, gue ngga bisa benci sama dia. Entah kenapa, setiap ngeliat dia di lingkungan kerja gue, gue masih ngerasa seneng, walaupun hanya melihat. Dan walaupun dibalik rasa seneng gue itu, gue ngerasa ada yang mengikat saluran pernafasan gue, karena gue tau dia bukan lagi orang yang bisa gue sayang. Rasa sayang gue sekarang udah haram buat dia. Dia telah memilih, pilihannya bukan gue, dan itu semua karena salah gue sendiri beberapa belan lalu. Gue salah memperlakukan seseorang yang belum gue kenal banget. Walaupun udah ada ikatan emosional.

Gue pengen banget memperjuangkan perasaan gue ke dia, mempertaruhkan harga diri gue sebagai laki-laki. Memohon ke dia supaya dia ngasih tau bagaimana caranya biar gue bisa dapet tempat lagi. Tapi gue juga sadar diri. Gue berjuang di sisi yang salah saat ini. Karena orang yang gue perjuangin, udah bukan milik gue lagi. Dan keadaan itu dia sendiri yang memutuskan. Jadi gue berhenti. Bahkan untuk nengok dia saat sakit pun gue takut. Gue terlalu pengecut buat membuat seseorang yang gue sayang merasa ngga nyaman. Karena gue tau setiap gue ada di sekitar dia, gue ngerasa dia sangat tidak nyaman. Hanya doa saat ini yang gue bisa panjatkan ke Tuhan. Semoga ini semua terbaik.

Sekarang gue hanya memperhatikan dia dari jauh, tertawa, bercanda dengan temen-temen gue yang lain. Sedangan jika gue bergabung, semua diam, dia pergi. Hiih..entah penyiksaan macam apa yang sedang dia perbuat ke gue. Mungkin gue masih bisa senyum disini. Tapi di tempat lain, mungkin masih tersenyum juga, hanya saja dengan bibir bergetar mungkin. Gue orang yang selalu berpositif thinking. Sepahit apapun yang gue rasain, gue selalu berusaha tersenyum. Walopun gue tau, gue sedang membohongi diri gue sendiri. Tapi inilah anugerah emosional yang Tuhan berikan ke gue.

Malam tadi kami bicara via telepon. Bicara tentang semua sikap yang kami pertunjukan didepan umum, bicara tentang semua arti pandangan mata kami yang tidak pernah bertemu saat berpapasan.

Malam tadi, gue meminta sebuah persahabatan, setidaknya. Kalau gue ngga bisa kembali mendapat kesempatan buat memperbaiki kesalahan gue, kesempatan untuk menyingkirkan semua halangan yang dulu menutupi pandangan dia ke gue, sampai-sampai yang terlihat saat itu adalah sebuah kesalah pahaman. Dan itu semua salah gue. Gue terlalu percaya diri dia bisa menyingkirkan semua halangan itu sendiri. Sampai gue sadar, apa yang ingin gue tunjukan ke dia, ternyata gagal dia tangkap dengan sempurna. Dan saat ini gue hanya bisa meminta persahabatan.

Malam tadi, saat gue meminta sebuah ikatan persahabatan, dia pun meminta satu hal. Dia meminta agar gue mengerti. Karena kedepannya, dia ngga akan pernah lagi berurusan dengan gue diluar profesionalisme kerja. Dia meminta agar gue mengerti saat dia ngga menganggap gue ada. Karena semua sudah terlambat. Dia ingin menjaga perasaannya, dan dia ingin menjaga perasaan orang lain(nya).

Sebuah pukulan telak buat gue. Semalam tadi kita berbicara tentang suatu kesepakatan. Kesepakatan yang biasa dipakai orang untuk saling menyatukan. Tapi bukan kesepakatan yang sama seperti itu gue rasa. Kesepakatan ini berbeda. Kita sepakat, untuk tidak saling bersatu. Kita sepakat untuk saling menghargai perasaan, entah perasaan yang mana. Gue ngga tau. 

Gue bakal sebisa mungkin memenuhi kesepakatan ini. Kalo dia minta gue menghilang, gue ngga akan pernah muncul lagi dihadapan dia. Sekalipun itu urusan pekerjaan. Itu janji gue semalam. Termasuk gue yang ngga akan berjuang lagi buat dia. Mungkin saat ini, cuma dengan cara ini gue menunjukan rasa sayang gue ke dia. 

Malam tadi adalah sebuah pengalaman pertama buat gue, dan ngga akan pernah gue lupain. Terima kasih udah menjadi obat move on yang gue derita selama 3 tahun sebelum kenal kamu. Terima kasih masih menyempatkan diri ngedenger unek-unek gue selama ini, sampai tadi malam. Perasaan kehilangan kaya gini baru pernah gue rasain. Maafin semua kesalahan gue selama ini yang bikin kamu ngejauh.


Dan Malam tadi,… kita sama-sama meneteskan air mata. Demi sebuah kesepakatan. 


Gi.N.P


Minggu, 03 Agustus 2014

Komen gue, tentang cara Berteman

Gue mau komen, iyah komen. gue kan paling pinter komen, seperti rakyat lain pada umumnya. Kalo nyari cewe gue ngga pinter, kalo pinter mungkin gue sekarang udah ngga jomblo (promosi) hahaha. Langsung aja guys, dari pada ntar malah gue jadi curhat sambil nangis-nangis disini, dan itu bukan tujuan utama gue nulis catetan ini man! Dan ini gue tulis dari sudut pandang gue. Kalian yang baca punya sudut pandang sendiri, dan itu sangat wajar. Maka dari itu gue harap jika ada kritik atau masukan, be positive aja guys.

Jadi awalnya, gue BBMan ama temen gue, dia ngutip kalimat ini;

"Usaha lain ya bersilaturahmi dengan teman, saudara. Dan lihat di sekelilingmu ada nggak masuk spesifikasi yang kamu harapkan?. Bila spesifikasi kamu 10, ya masuk 8 kriteria saja sudah bagus. Bergaulah sewajarnya"

Komen gue:

Oke, pertama yang gue liat, ni orang ngajarin lu gimana caranya milih-milih temen dan disini konteksnya negatif, emang ada konteks positif dalam kata "milih-milih temen" tapi gue ngga bahas itu karena kalian pasti uda tau, jadi gue bahas satu aja buat komparsi. Kenapa gue bilang milih-milih temen? itu karena di tulisan dia, dia matok spesifikasi. Coba lu pikir deh, lu mau make patokan spesifikasi buat nyari temen? buat silaturahmi?? trus orang yang ngga masuk spesifikasi minimal mau lu buang? lu diemin? atau lu anggep ngga bagus? dan emangnya orang-orang yang masuk spesifikasi minimal lu yang bakalan lu jadiin temen itu wataknya udah sesuai spesifikasi? emang lu yakin dia bukan orang yang multi facing? berasa yang bikin idup aja lu. Didepan lu dia mengkondisikan diri supaya masuk spesifikasi lu. Di belakang dia manfaatin lu karena dia uda bisa masuk kategori orang yang bakal lu jadiin temen, yang menurtu dia ngga bakal lu tinggalin. sekali lagi gue tanya, yakin lu ama mereka?

Dan orang-orang yang lu anggep ngga masuk spesifikasi minimal lu itu, emang lu yakin dia wataknya emang yang lu liat? ngga semua orang maan,..mau memperlihatkan semua yang ada pada dirinya ke sembarangan orang. Apa lagi ke orang yang baru dikenal. Kecuali karena beberapa hal. Contohnya misal dia demen banget ama lu, pengen jadi pacar lu, atau malah dia sangat frustasi karena masalah dan bingung harus cerita ke siapa dan elu adalah manusia terahir yang ada di sekitarnya. Baru mungkin dia mau cerita hal-hal privat. Dan lu harusnya aware sama orang yang baru kenal kok tiba-tiba udah cerita hal-hal pribadinya dia. Sedangkan lu tau dia ngga demen ama lu, karena satu jenis kelamin (pastiin dulu dia bukan penyuka sesama jenis). Dan di sekitarnya dia masih banyak manusia, bahkan temen-temennya masi pada idup semua. Ada maksud tersendiri lah pastinya. emang ada beberapa type orang yang sangat polos sampe dia mau curhat masalah pribadinya ke semua orang. Tapi inget, itu hanya beberapa. Dan gue yakin lu bisa ngeliat kepolosannya dan memaklumi, dia ngga pake topeng saat itu.

Berprasangka buruk?? Ngga!! it just aware movement. Tergantung dari sisi mana lu ngeliat. Sama kaya gue nulis komen ini, ini dari sisi gue. Dari sisi lu, sisi dia, sisi orang lain? mungkin bakalan beda lagi. Everybody have their own point of view. Ngga ada yang salah. Selama itu ngga ngerugiin orang lain, atau ngga provokatip ke arah kriminal.

Beberapa hal yang mesti lu tau. Lu ngga bisa menilai orang hanya dengan melihat, ngobrol, apa lagi cuma chat di BBM dalam waktu yang cuma beberapa saat, beberapa hari, beberapa jam?? ada dua sisi disini yang lu ngga tau.

Pertama, lu ngga tau ada kejelekan apa dibalik keindahan yang dia perlihatkan ke elu selama ini. Lu artiin sendiri dah.

Kedua, lu juga ngga tau, di balik kejelekan yang dia perlihatkan ke elu, ada keindahan apa. Dan untuk orang dengan tipikal pergaulan kaya point kedua ini gue lebih percaya dia lebih bisa di andelin sebagai sahabat. Dia lebih bisa jaga rahasia dan loyal. Memang awalnya terkesan tertutup. Tapi saat lu udah dapet kepercayaannya dia. dia bakal sangat ngejaga lu. Ngejaga persahabatan kalian. ngga cuma manis didepan lu aja karena ada maunya. Itu karena dia ngerasa susah buat dapetin orang yang mau nerima kejelekan yang dia perlihatkan di depan umum. Dia sadar betapa susahnya cari temen yang bener-bener mau memperhatikan. Bukan cuma melihat aja dan lalu sok-sokan menilai, trus ninggalin.

Ini ngga cuma belaku dalam hal persahabatan, dalam jodoh juga. Biasanya orang yang gampang deket ama lawan jenis itu ada dua tipikal (katanya). Pertama dia penyuka sesama jenis, atau yang kedua dia itu player. nah kalo orang yang susah deket ama lawan jenis (ehm.. kaya gue), biasanya relatif lebih setia. katanya loh ya itu. hahaha...

Pesen gue, bijaklah dalam berteman. Berteman sewajarnya memang bagus. tapi jangan pernah mematok akan seperti apa temen lu nanti yang bakalan lu jadiin temen. Sangat rentan kepalsuan yang ada ntar. memang semua hal di dunia ini ada yang ngatur. Tapi ada catatan disini, lu ngga bisa seenaknya aja berpangku tangan mentang-mentang udah ada yang ngatur. Walaupun semua ada yang ngatur, tapi baik buruknya masa depan lu itu ada di tangan lu sendiri. Lu yang bikin jalan, dengan berusaha. kalo usaha lu bagus, ke arah positif, ya lu dapet positif. Kalo usaha lu cuma berpangku tangan, menyepelekan, dan ke arah negatif, ya elu dapet negatif (Konteksnya kali ini gue tekankan di masalah nyari temen). Tuhan sangat senang dengan orang yang mau berusaha bukan?

Have a nice day. :)
    

Think before you talk, guys.

Gue mau share tulisan temen gue nih di twitter beberapa bulan lalu, dibikin malem minggu kalo ngga salah, nih isinya;

''Bentar lagi jam menunjukkan waktu ngece jomblo. Sering gak paham dengan tren ini sih, macem kalo udah punya pasangan itu hal termulia aja... Ngejek jomblo, trus ngejek yg belum nikah, trus ngejek yg belum punya anak, dst. Macem elo yg bikin hidup aja.. :)). Dari pengamatan sekilas sih biasanya yg paling sering ngejek jomblo itu paling gede kemungkinan pisah sama pasangannya. Biasanya sih yaa... Lebih lucu kalau ternyata pasangannya ternyata diem-diem flirting sama jomblo yg sering diejek.Jadi selama ini elo jomblo in disguised. :)). inget, Someone somewhere ada yg lebih tahu kelakuan asli pasangan elo. Malu loh kalo udah ngejek, eh kemudian loe nyusul jadi jomblo juga :D. Hobi kok menyakiti perasaan orang lain dengan urusan status. Lagian kalo butuh pasangan baru merasa lengkap, kasian amat hidup situ :)

by: putriSentanu

Setuju ga? ini tulisan diatas kata temennya lurah komunitas yang gw ikutin di bandung. gw bac aja dari twitnya dia yang di retwit. hahaha... intinya ati-ati ama mulut lu sob, lu ngejek orang, belum tentu lu ngga diejek orang juga nantinya. atau parahnya, lu ngejekin orang karena dia punya masalah A, eh taunya lu besoknya juga ketimpa musibah A juga... :D

Have a nice day.



Jadikan Semuanya Berguna

Kadang rasa sayang bisa disampaikan dengan berbagai hal, bisa dengan cara yang manis, ataupun yang pahit. Saat kamu ngerasain itu pahit, bisa jadi mungkin istilahnya salah, orang yang menyebut "rasa sayang bisa diwujudkan dengan cara yang pahit" mungkin saat itu sedang berpikir untuk mencari istilah lain. Tapi karena lagi bingung dan udah terlanjur ngomong, ya mau gimana lagi, toh emang yang dirasa pahit. Ahirnya pasrah aja, walaupun bukan itu yang dimaksud.

Kita ngga tau bagaimana perasaan seseorang sebenernya terhadap kita. Kadang orang yang lembut pun bisa sangat menyakiti. walaupun mungkin dia ngga bermaksud menyakiti. Walaupun mungkin ada maksud lain dibalik perbuatan yang menyakiti itu, yang malah sebenernya baik untuk yang tersakiti, tapi caranya salah. Mungkin. Jadi siapa yang salah? menurutku ya yang menyakiti. Bukannya yang tersakiti ngga tau apa-apa? Iya, mungkin.

Terlalu banyak kata mungkin ya? emang. Karena aku sendiri ngga tau dan ngga berani nebak perasan orang itu seperti apa. Walaupun banyak orang bilang "perasaanmu udah ketebak", dalam situasi tertentu. Perasaan itu, cuma yang ngerasa dan Yang Maha Memberi rasa yang tau. Seenggaknya itu yang aku percaya.

Banyak hal positif dan negatif dalam hidup. Cara kita menyikapinya bakalan nentuin perilaku kita, bahkan jalan hidup kita. Karena yang aku tau, semua berawal dari pola pikir individu, cara dia menyikapi suatu masalah, yang nantinya juga bakalan nentuin arah hidupnya dia sendiri. Semakin kita tetap ber-positive thinking, kurasa bakalan semakin nyaman hidup kita dijalani. Tanpa mengurangi nilai waspada tentunya.

Ada sedikit perbedaan antara waspada dengan negative thinking. Apa perbedaannya? aku ngga bisa jelasin. Intinya aku bisa bedain. Egois banget ya statement-nya? Iya, emang egois. Bukannya semua orang punya sisi egoisnya? termasuk aku. Normal ngga? menurutku ya normal lah. yang ngga normal itu misalkan saat Ego ku bisa mencelakakan orang lain, misalkan loh ya. Ngga ada alat ukur buat besaran ego ini, jadi tergantung situasi, kondisi, dan cara kita memandangnya dari sisi mana. karena suatu masalah bakalan berbeda tampilannya kalo dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Sama aja dengan perilaku orang ke orang lain. Kadang ada yang bilang kalau seseorang itu bisa berubah sikapnya seiring berjalannya waktu. Coba diliat dulu, dalam rentang "seiring berjalannya waktu" itu ada faktor yang berubah ngga? ada nilai emergency ngga? tentunya bakalan berbeda dong perilaku seseorang saat dalam keadaan darurat dengan saat dalam keadaan normal? Apakah terpikir sampai situ? beberapa orang (lagi-lagi)mungkin belum kepikiran.

Inget hukum sebab akibat? Ya, perilaku seseorang terhadap kita itu bisa jadi sebab atau akibat dari perilaku kita sebelumnya terhadap orang itu. Seperti aku yang kadang ingin mempertahankan sesuatu, tapi ngga bisa, ngga mau. karena aku takut terlepasnya dia dari genggamanku itu karena perilaku-ku sebelumnya. Jadi aku lebih memilih untuk diam, introspeksi diri, san tidak memaksakan apapun. Bukan karena udah ngga mau mempertahankan. Lagi-lagi mungkin, itu semua cuma masalah dari mana kita memandang masalahnya. :)

Walaupun belum menjadi prioritas utama, tapi kamu udah jadi salah satu yang terdepan di hati. Mungkin kali ini belum ketemu jalannya. Maaf karena aku udah jadi semua Lakondisini, yang menyakiti, yang penuh ego, yang lembut, terlalu banyak memiliki sudut pandang, dan terlalu sayang, terlalu percaya sampai kadang lupa memberi perhatian. Itu semua udah jadi perilaku yang tercetak dalam badanku, Terbentuk begitu aja. Itulah kekuranganku.

Semoga ini semua jadi keputusan yang terbaik buat kita. Semoga semua pelajaran ini berguna buat hubungan kita selanjutnya, agar lebih memahami satu sama lain. Baik dengan orang-orang disekitar kita, ataupun dengan pasangan kita masing-masing kelak. Makasih buat jadi orang pertama yang bikin aku Move dari tempat itu sejak bertahun-tahun.

Pesanku, tetap jaga silaturahmi. Jaga diri. dan Jadi orang sukses. Jangan hilangkan senyum ceria itu dari wajah kamu. karena itu jadi salah satu semangat buatku saat itu. Setidaknya, Mungkin sampai beberapa hari lalu. Dan aku harap sampai seterusnya. :)

:) :) :) :) :)