Saya
mau sedikit berbagi tentang jenis angin microburst yang secara umum
sangat membahayakan penerbangan. saya punya inisiatif bikin postingan
ini karena pasca tragedi kecelakaan pesawat terahir di negara kita
banyak yang berasumsi kalo penyebabnya karena angin ini, untuk bener
engga nya, kita serahkan aja ama yang berwenang dan berkompeten dalam
melakukan investigasi ini. Postingan saya juga bukan bermaksud untuk
mempengaruhi pembaca tentang spekulasi penyebab kecelakaan. Postingan
ini saya maksudkan semata-mata hanya untuk menambah pengetahuan aja.
soalnya banyak diantara kita yang masih belum tau dan awam mengenai
angin ini.
Artikel ini saya yang nyusun, diambil dari berbagai sumber dan mungkin
masih banyak kekurangannya. untuk itu mari kita saling melengkapi
Tentang Microburst
Microburst
adalah sebuah downdraft (angin yang menghempas kebawah atau gaya ke
bawah) dalam skala kecil dan sangat intens yang turun ke tanah yang
menyebabkan perbedaan/penyimpangan angin yang kuat. Sebuah microburst
awalnya berkembang ketika downdraft mulai meluncur ke bawah dari awan
hujan. Area yang diliputinya biasanya kurang dari 4 kilometer.
Microbursts mampu menghasilkan angin lebih dari 100 mph menyebabkan
kerusakan yang signifikan. Rentang waktu terjadinya sebuah microburst
adalah sekitar 5-15 menit.
Ketika
hujan turun atau bercampur dengan udara kering, ia mulai menguap dan
proses penguapan ini mendinginkan udara. Udara sejuk tersebut turun dan
mengalami percepatan saat mendekati tanah. Ketika udara sejuk tadi
mendekati tanah, ia akan menyebar ke segala penjuru dan penyimpangan
arah angin inilah yang disebut microburst. Dalam iklim lembab,
microburst juga dapat dihasilkan dari curah hujan yang tinggi.
Dalam
artian lebih luas Downburst dapat didefinisikan sebagai suatu downdraft
yang kuat dengan angin yang merusak di atas atau di dekat tanah. Jika
area yang dilalui kurang dari 2,5 kilometer, maka disebut microburst.
Kecepatan microbursts yang dapat menghempaskan apa saja yang
”dilabrak”nya betul-betul sangat berbahaya untuk penerbangan. Selama
tahap ledakan di atas atau dekat awan, angin "keriting" sebagai udara
dingin dari microburst bergerak menjauh dari impact point di atas tanah.
(Disebut juga tahap bantalan/cushion stage). Selama tahap bantalan,
angin keriting tadi terus bergerak cepat secara horizontal dan sangat
mengancam pesawat yang diterjangnya. Ilustrasi di atas bisa sedikit
menggambarkan proses terjadinya microburst.
Microburst
diklasifikasikan sebagai microbursts kering atau basah, tergantung pada
seberapa banyak curah hujan yang menyertai microburst ketika mencapai
tanah.
Karena
kurang tersosialisasinya di operator penerbangan kita, fenomena
microburst ini jarang terdengar dilibatkan dalam setiap kasus
investigasi kecelakaan pesawat, walau mungkin saja ia sering datang
seperti halnya di negara lain. Seperti hasil penelitian di AS, diketahui
bahwa microburst merupakan salah satu penyebab jatuhnya pesawat di
sekitar landasan pacu
Sedangkan
microbust sendiri diakibatkan dari awan comulunimbus (Cb). Saat terjadi
badai di awan gelap itu maka muncullah microburst musuh utama penerbang
dan siapapun akan berusaha menghindari. Karena jika terjadi downdraft
yang disebabkan microbust, tak ada ampun pesawat sebesar apapun mampu
dibanting sampai jatuh.
Beberapa
kecelakaan fatal pesawat terbang terjadi karena fenomena microburst
ini. Salah satu yang paling terkenal adalah jatuhnya pesawat Lockheed
TriStar milik maskapai Delta Air Lines nomor penerbangan 191, sesaat
sebelum mendarat di bandara internasional Dallas-Fort Worth di Texas,
Amerika Serikat, 2 Agustus 1985.
Dalam
kecelakaan tersebut, yang diangkat menjadi salah satu episode acara Air
Crash Investigations di National Geographic Channel itu, 135 orang
tewas. Pesawat itu jatuh dalam kondisi cuaca buruk—kondisi yang
mendukung terjadinya microburst—dan jatuhnya pesawat terjadi secara
mendadak, seperti tiba-tiba dibanting ke tanah. Otoritas penerbangan
Amerika, FAA (Federal Aviation Administration) menaruh perhatian besar
pada masalah ini sejak tahun 1960, sekitar 500 pesawat celaka atau
nyaris celaka dengan pola yang hampir sama, dihempaskan baik saat take
off maupun landing. Fenomena yang kasat mata ini dan berlangsung singkat
(rata-rata 10 menit) sulit dilacak. Pada dekade 90-an dipasang
peralatan Low Level Windshear Alert System yang mampu memberikan
peringatan dua menit sebelum microbust itu muncul.
Dengan
adanya downdraft ini pada ketinggian rendah, maka aliran udara dekat
permukaan tanah akan membelok secara horisontal (gbr1 dr Hongkong
Observatory). Jika pesawat melalui zona tsb, maka awalnya akan
mendapatkan headwind (angin depan) sehingga pesawat akan terangkat.
Setelah itu pesawat akan mendapat tailwind (angin dr ekor) yg berakibat
psw sinking. Jika downdraft tersebut terjadi pada ketinggian kritis,
maka bisa jadi tidak ada kesempatan untuk recover ketinggian dan
berakibat pesawat jatuh.
Berikut gambar microburst dan efeknya terhadap pesawat:
Microburst gambar1 pada pesawat landing
Microburst gambar2 pada pesawat take off
Microburst gambar3
Microburst gambar4 pada pesawat
Microburst
yang merupakan angin berkecepatan tinggi yang turun (downdraft) dari
bawah awan kumulus yang berpotensi hujan ini sayangnya, angina ini tak
kasat mata, sehingga tak mudah bagi penerbang untuk mengidentifikasi
awan mana yang berpotensi menimbulkan microburst. Ketika penelitian
tentang microburst ini dilakukan di AS pada 1990-an, fenomena alam ini
juga diakui sulit untuk diditeksi karena tak semua awan kumulus bisa
menimbulkan microburst. Kalau pun terjadi, downdraft yang ditimbulkan
biasanya terjadi dalam waktu singkat dan di areal yang amat terbatas.
Secara teknis, hanya peralatan seperti laser-lah yang mampu
mendeteksinya.
Microburst bisa menimbulkan angin turun dengan kecepatan lebih dari 100 mill per jam, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan fatal bagi pesawat-pesawat yang dihempasnya. Kejadian alam ini uniknya sering menghadang pesawat-pesawat yang tengah bersiap mendarat. Musibah jatuhnya C-4 milik meskapai penerbangan Inggris pada 24 Juni 1956 di Bandara Kano dan B727 PanAm pada 9 Juli 1982 di Bandara New Orleans telah dipastikan (the most-probable cause) oleh otoritas penerbangan AS sebagai akibat dari hempasan microburst. Hingga kini, asal-muasal microburst sendiri masih terus didalami oleh para pakar meteorologi.
Terkait kecelakaan-kecelakaan tersebut, pakar cuaca penerbangan
yang dilibatkan dalam penyelidikan, menyebutkan microburst yang “jatuh”
di ujung landasan adalah yang paling berbahaya. Angin tolakannya bisa
ditafsirkan pilot (yang sedang berupaya mendarat) sebagai headwind yang
keras. Pilot yang belum punya pengalaman menghadapi microburst biasanya
akan merespon dengan menurunkan kecepatan pesawat. Namun, respon ini
justru akan berbuah petaka karena angin tersebut akan berbelok dari arah
belakang pesawat (tailwind) yang selanjutnya membuat gaya angkat di
sayap utama menurun drastis. Nah, pada saat itu lah, ketika posisinya
masuk di bawah jalur downdraft, pesawat dengan sendirinya akan dihempas
ke bawah. (Lihat ilustrasi)