Sabtu, 06 September 2014

Then I realize about some-things

"I think, I think when it’s all over it just comes back in flashes, you know. It’s like a kaleidoscope of memories, which just all comes back, but he never does. I think part of me knew the second I saw him, that this would happen. It’s not really anything he said, or anything he did, it was the feeling that came along with it. And the crazy thing is I don’t know if I’m ever going to feel that way again. But I don’t know if I should. I knew, as the world moved too fast and burned too bright, but I thought ‘how can the devil be pulling you towards someone who looks so much like an angel when he smiles at you?’. Maybe he knew that when he saw me? I guess I just lost my balance. I think that the worst part of it all wasn’t losing him; it was losing me……… I don’t know if you know who you are until you lose who you are"  ~ Taylor Swift’s Prologue “I Knew You Were Trouble”

Tulisan diatas itu prolognya Taylor Swift di lagu “I Knew You Were Trouble". Lu bisa liat di video klipnya kalo lu mau. Satu hal yang menarik dari prolog ini, menurut gue. Gue seperti baru aja ngalamin apa yang disebutin di prolog itu. Ngga semua, tapi hampir semua.

Masih masalah gue sama seseorang yang dulu pernah deket banget ama gue. Mungkin saat deket itu kita semacam pacaran. Tapi ngga pernah ada ikrar kalo kita jadian. Yaaa.. tau sama tau aja perasaan masing-masing. Dan gue ngga mempermasalahkan status. Yang penting niatnya kan?

Orang itu, orang yang memutuskan untuk ngejauh dari gue, dengan alesan dia ngerasa kalo gue ngga serius. Orang yang menolak saat gue hanya meminta persahabatan ke dia. Orang yang gue sayang, yang memilih untuk tidak lagi menjalin komunikasi dengan gue, walaupun hanya senyum sapa, ataupun hanya tatapan mata aja.

Semua itu dia lakuin dengan alesan dia ingin menjaga perasaan seseorang, dia ingin menjaga perasaan dia sendiri setelah merasa gue sakitin. Yaah.. orang itu.

Belakangan ini gue sadar. Atau lebih tepatnya baru mulai tersadar. Entah ini benar atau Cuma persepsi gue aja yang terpengaruh rasa iri karena perlakuan dia ke gue sangat jauh berbeda dengan perlakuan dia ke temen-temen gue.

Gue sadar, kalo dulu dia hanya jenuh dengan pacarnya, lalu dia datang ke gue buat sesaat. Dan saat dia ngerasa ngga mendapatkan apa yang dia inginkan dari gue, dia pergi. Dia balik lagi ke pacarnya yang udah mati-matian gue jauhin dari dia. Gue sadar, kalo dia memang sayang ama gue seperti yang dia bilang saat dia ninggalin pacarnya, dia pasti bertahan. Dan sekalipun dia ngga bertahan, setidaknya seharusnya dia ngga kembali ke pacarnya yang lama, mengingat betapa saat itu dia punya sangat banyak alasan rasional buat ninggalin pacarnya. termasuk saat dia bilang perasaan dia ke pacarnya saat itu udah mati, dan saat itu dia ngejalanin hubungan karena terpaksa. karena merasa dia sangat berhutang budi sama pacarnya.

Gue sadar, dia bohong saat dia mengutarakan alesan dia ingin menjaga perasaan seseorang, dan dia ingin menjaga perasaan dia sendiri setelah merasa gue sakitin. Karena kalau dia ingin menjaga perasaan pacarnya sekarang, yang dia sebut “seseorang” itu. Seharusnya dia ngga pergi “ngedate” dengan cowo lain yang jelas-jelas lagi ngedeketin dia. Dan kalaupun dia dulu emang sayang ama gue, setidaknya dia juga harusnya berpikir untuk sedikit ngejaga perasaan gue karena cowo yang gue maksud barusan itu temen kerja gue sendiri.

Gue sadar, kalau dia hanya mementingkan kebutuhan egonya aja. Dia ngga menjaga perasaan “seseorang” itu, dia ngga ngejaga perasaan gue, dan dia hanya mengedepankan perasaannya dia aja. Kemauannya dia. Dia hanya ingin memuaskan egonya, sesuatu yang mungkin dia ngga dapet dari pacarnya dia ambil dari orang lain. Saat dia merasa cukup, dia akan kembali ke pacarnya. Jenius.

Sebenernya gue udah lama mikirin ini, tapi sisi lain dari perasaan gue nolak. Gue tipe orang yang suka berpositif thinking terhadap sesuatu, terhadap seseorang. Tapi gue juga bisa sangat bernegatif thinking saat semua yang gue bangun, semua pikiran positif itu. Di hancurkan gitu aja oleh tindakan yang gue liat didepan mata gue. Dulu logika gue masih kalah sama perasaan. Tapi lambat  laun, perasaan gue mulai menerima apa yang logika gue tunjukin. Salah satunya pemikiran gue yang barusan gue tulis.

Dalam periode waktu kemarin, saat gue nerima kemauannya dia, gue ngerasa sangat ngedrop. Orang yang gue tunggu selama berbulan-bulan ternyata berubah sangat jauh. Saat itu gue ngerasa jauh banget, ngerasa ngga kenal dengan dia. Sekalipun pada saat yang sama dia ada di hadapan gue. Sedang menjabat tangan gue karena sebuah profesionalisme kerja yang pada saat itu, cuma itu yang bisa dia janjikan.

Saat itu gue ngerasa ngga ada semangat, bahkan untuk bekerjapun gue kehilangan konsentrasi. Kinerja gue menurun, produktifitas kerja gue berantakan. Gue ngerasa kehilangan keseimbangan dalam diri gue. Gue ngga fokus sama sekali.  Rasa sakit hati di perasaan gue bikin gue sesek napas tiap kali ngeliat dia bisa ketawa lepas dengan temen-temen gue, sedangkan saat ada gue dia pergi.

Itu berlangsung seenggaknya sampai seminggu kemarin. Gue ngerasa sangat kehilangan orang yang gue sayang. Tanpa gue sadar, yang paling berbahaya saat itu adalah kehilangan diri gue sendiri. Gue bisa berubah menjadi orang yang sangat ngga terkontrol saat itu. Emosi gue selalu berubah-ubah setiap waktu. Saat itu gue bukan diri gue yang seharusnya. Dan baru-baru ini gue sadar, hal yang paling buruk bukan kehilangan dia, tapi kehilangan jati diri gue sendiri.

Banyak hal positif sebenernya dibalik gue yang saat itu kehilangan dia. Salah satunya, gue sekarang tau dia yang sebenarnya itu seperti apa. Termasuk juga temen-temen gue. Dalam artian, gue tau mana aja temen-temen gue yang bener-bener merhatiin gue, dan mana aja diantara mereka yang hanya berada di sekeliling gue hanya saat ada kepentingan aja. Setidaknya gue tau sedikit tentang sifat mereka.tentang bagaimana mereka menjaga perasaan orang. Bagaimana mereka mengontrol ego mereka diatas posisi gue yang seharusnya saat ini sedang mereka jaga perasaannya.

Sampai saat ini, jujur gue masih sangat ngerasa sakit. Ngerasa sangat ngga terima ama keadaan ini. Sama temen gue, sama dia. Tapi ada bagian dari diri gue yang nahan itu semua, membuat gue selalu bersikap sabar. Saat lagi ngumpul dengan orang banyak, mungkin gue bisa lupa buat sejenak. Tapi saat gue sendiri, apalagi melihat orang-orang yang bikin gue sakit dalam kasus ini, memori gue serasa muterin tayangan-tayangan yang bikin gue sakit hati lagi. Tanpa disuruh dia langsung muterin gambar-gambar flashback di kepala gue. Dan gue hanya bisa senyum, ketawa garing. Tanpa mereka tau apa yang sebenernya gue rasa.

Semua yang gue rasa, semua kesadaran gue saat ini. Sedikit tergambarkan di prolognya taylor swift di lagunya “I Knew You Were Trouble”. Gue kehilangan keseimbangan dalam hidup gue. Gue ngerasa beberapa orang tersenyum mengulurkan pertolongan dengan tangan kanan, tapi juga menyiapkan belati untuk menikam di tangan kirinya. Dibalik rasa kehilangan, gue juga dapet pengetahuan tentang sifat seseorang di sekitar gue. Gue ngga tau, kalo sebenernya gue lah yang sangat memahami diri gue sendiri dari pada orang lain. Dan gue tau itu semua saat gue tersadar kalo gue sempat kehilangan gue sendiri. semoga perasaan gue bisa nerima semua yang ditunjukan oleh logika gue. semoga. 

Lagunya biasa aja, tapi prolog nya sangat “touching” banget buat gue.

"I think, I think when it’s all over it just comes back in flashes, you know. It’s like a kaleidoscope of memories, which just all comes back, but he never does. I think part of me knew the second I saw him, that this would happen. It’s not really anything he said, or anything he did, it was the feeling that came along with it. And the crazy thing is I don’t know if I’m ever going to feel that way again. But I don’t know if I should. I knew, as the world moved too fast and burned too bright, but I thought ‘how can the devil be pulling you towards someone who looks so much like an angel when he smiles at you?’. Maybe he knew that when he saw me? I guess I just lost my balance. I think that the worst part of it all wasn’t losing him; it was losing me……… I don’t know if you know who you are until you lose who you are"  ~ Taylor Swift’s Prologue “I Knew You Were Trouble”





1 komentar:

  1. Skenario pertama:
    Dia beneran disakiti, so... dia lagi "mancing" naluri kamu sebagai laki2 buat menghapus air matanya, buat ngasih bahu kamu sebagai tempat bersandar, buat ngasih dada kamu sebagai tempat menangis. Tapi, dengan dia cerita keburukan cowonya/mantannya, dia lagi ngumbar aib seseorang. Katakanlah akhirnya kalian jadian, apa ada jaminan dia ga ngumbar aib kamu ke cowo lain?

    Skenario kedua:
    Dia cuma ngarang cerita, naaahhh... ini lebih bahaya, itu artinya dia ngumbar fitnah, semua cuma drama. Mungkin cowonya tipe yang cuma nanyain makan lewat sms/bbm tapi ujung2nya cuma nyuruh makan, bukannya ngajakin makan bareng. Yang perhatiannya gitu2 doang dari jaman masih pake celana biru sedengkul sampe jenggotnya yang panjangnya sedengkul. Yaiyalah cewenya bosen... dan sialnya kamu yang jadi bahan hiburannya.

    Oke, terlepas dari 2 skenario di atas, perasaan tetaplah perasaan, sakit tetep aja sakit, iya ga?
    Ga ngerti juga obat instantnya, ilangnya lamaaaaaa.... bahkan meski kita udah nemu gantinya yang jauh lebih baik.
    Sikap kamu yang memposisikan diri sebagai sahabat itu udah bener, pake banget. Jadi tetaplah bersikap seperti itu, kalo ketemu senyum dikit aja, angkat alis buat nyapa dia, yaudah gitu aja, ga perlu kikuk, ga perlu sok cuek, ga perlu juga sok akrab.

    Jodoh emang ga bisa diprediksi, katakanlah dia entah gimana caranya dan entah kapan memang akhirnya jadi jodoh kamu, hahahaha.... Semoga aja dia udah jadi tulang rusuk yang fix di rongga dada kamu, ga terlalu melengkung yang bisa menghimpit jantung sampe susah berdetak, sampe akhirnya bener2 berhenti berdenyut dan mati. Kalaupun belum fix yaa... kurang2 dikit lah, biar bisa dilurusin pelan2, kalo dipaksa dia yang patah.

    Eniwei... coba dengerin lagunya Helloween yang judulnya Windmill, kayaknya nyambung sama suasana hati kamu sekarang2 ini.
    Good luck.

    BalasHapus